Mengapa Banyak Kuman yang Resisten Antibiotik ya?
Sunday, 6 November 2016
Add Comment
Hayo, siapa yang sudah pernah bertemu dengan kuman atau bakteri, atau mungkin sudah menjadi sahabat? Weh, weh....
Sahabat kho kuman sih, emangnya gak takut apa? Kan sudah ada antibiotik dan juga obat-obatan yang dapat membasmi kuman atau bakteri tersebut, jadi gak perlu takutlah! Apakah yakin bahwa dengan antibiotik dan juga obat-obatan tersebut mampu membasmi dan menangkal pertumbuhan bakteri atau kuman sejenisnya tersebut? Belum tentu demikian, karena sekarang ini banyak ditemukan bakteri atau kuman yang resisten terhadap antibiotik atau dengan istilahnya yaitu resisten terhadap antibiotik guys!
Baca juga : 16 Bakteri penghuni mulut, penting Anda ketahui!
Kalau mau mendapatkan informasinya lebih lanjut, yuk lanjutkan bacanya, ya...
Hello Dear Readers....
Tidak hanya manusia lho yang mempunyai kekebalan tubuh, ternyata kuman atau bakteri yang selama ini merupakan penyebab timbulnya penyakit pada manusia juga memiliki mekanisme perlindungan diri terhadap antibiotika yang mengakibatkan terjadinya resistensi obat yang digunakan lho. Wah kenapa bisa demikian, ya? Apakah kumannya tambah gemuk, jadi dia kebal terhadap antibiotik? Bukan karena tambah gemuk lho, tapi dikarenakan bakteri atau kuman tersebut terlalu sering diberikan antibiotik dengan dosis yang kurang tepat dan terlalu rendah. sehingga muncullah permasalahan kuman atau bakteri tersebut resisten atau kebal terhadap antibiotik. Untuk itulah, perlu pemberian antibiotika dengan dosis yang tepat dimaksudkan untuk segera mematikan kuman dan mencegah resistensi obat.
Apa itu Resistensi Antibiotik?
Pasti Anda bertanya-tanya bukan? Apa sih resistensi antibiotik tersebut dan apakah akan berpengaruh terhadap kesehatan tubuh kita?
Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri dalam tubuh manusia menjadi kebal terhadap antibiotik tertentu. Setelah gen resisten dihasilkan, bakteri ini kemudian dapat mentransfer informasi genetik secara horisontal (antar individu) dan kemudian akan mewariskan sifat itu kepada keturunannya, yang nantinya akan berubah menjadi generasi kuman resisten. Merupakan jenis kuman yang bisa memiliki beberapa gen resistensi, sehingga biasanya disebut dengan bakteri multiresisten atau “superbug”, dimana kuman ini menjadi resisten terhadap beberapa jenis antibiotik.
Resistensi antibiotik ini dapat terjadi secara alami dikarenakan terjadinya mutasi yang bersifat acak dan tidak teratur, namun yang paling sering diakibatkan oleh karena pemakaian obat antibiotik yang tidak tepat. Seperti yang telah disebutkan di atas tadi, adanya resistensi antibiotik mengakibatkan kuman kebal terhadap antibiotika tertentu sehingga dapat mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan kesehatan tertentu.
Baca juga : Manfaat yang penting sekali Anda ketahui dari jalan kaki secara rutin dan teratur.
Ketika Anda terinfeksi bakteri yang resisten antibiotic tersebut, maka akan menyebabkan pengobatan untuk Anda menjadi lebih sulit. Hal ini dikarenakan tipe bakteri tersebut sudah kebal terhadap antibiotic yang Anda gunakan dan harus menggunakan obat yang lebih kuat dan lebih mahal lagi, tetapi dengan efek samping yang lebih banyak lagi tentunya. Penggunaan antibiotika yang ‘tanggung’ hanya membuka peluang munculnya tipe bakteri yang ‘kebal’.
Oleh karena itu, satu dosis lengkap antibiotika harus dihabiskan semuanya, walaupun kadang-kadang Anda sudah merasa sembuh setelah mengonsumsi antibiotik ini beberapa kali saja. Apabila dicurigai ada resistensi, maka perlu dilakukan kultur di laboratorium klinik terhadap specimen (air seni, darah, faeces, dahak, ingus atau bahan lainnya) untuk mengetahui jenis bakterinya dan juga antibiotika apa yang masih sensitif terhadap bakteri tersebut ataukah sebaliknya tidak sensitive lagi. Meskipun terkadang dapat dijumpai lebih dari satu bakteri sekaligus.
Hal-Hal Apa Saja yang Dapat Membuat Resistensi Antibiotik Terjadi?
Salah satu penyebab terjadinya resistensi antibiotik adalah adanya penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan penyalahgunaan antibiotik. Misalkan, penggunaan antibiotik untuk infeksi virus. Banyak pasien berharap atau meminta dokter untuk meresepkan antibiotik ketika terkena flu dan pilek. Padahal kenyataannya antibiotic tersebut hanya untuk mengobati infeksi bakteri saja, bukannya untuk mengobati infeksi virus. Dikarenakan infeksi virus itu sebenarnya dapat dilawan oleh kekebalan tubuh kita sendiri lho. Selain itu, masyarakat seringkali berhenti meminum antibiotik setelah 2-3 kali minum karena merasa sudah sembuh, padahal belum mencapai kadar terapeutik yang diharapkan. Hal inilah yang sering terjadi pada masayarakat umumnya. Mereka menganggap bahwa jika penyakitnya sudah sembuh, maka mengkonsumsi obatpun juga diberhentikannya. Meskipun obat-obat tersebut belum mencapai kadar yang telah diresepkan oleh Dokter.
Dalam hal ini, gejalapun akan membaik karena tidak semua bakteri yang mengakibatkan gejala penyakit mati. Ada beberapa bakteri yang hanya pingsan saja, sehingga ia dapat membuat kekebalan terhadap antibiotik tersebut. Adapun peredaran antibiotik yang termasuk bebas juga menjadi salah satu penyebab timbulnya resistensi terhadap antibiotic. Bahkan dibeberapa daerah, antibiotik dapat dibeli seperti membeli obat bebas lainnya tanpa menggunakan resep dan beberapa orang bahkan ada yang mengonsumsi antibiotik tersebut untuk mengatasi pegal-pegal. Padahal antibiotic atau obat-obatan tersebut bukan diperuntukan untuk mengatasi pegal-pegal.
Apa? Obat Palsu Picu Resisten Antibiotik! Bagaimana Bisa?
Maraknya peredaran obat palsu atau obat yang sudah kadaluarsa juga memegang peranan yang penting dalam proses terjadinya resistensi obat ini. Hal ini disebabkan karena kadar bahan aktif yang lebih sedikit pada obat palsu. Selain itu bisa juga terjadi karena adanya penurunan efektivitas obat pada obat yang sudah kedaluwarsa mengakibatkan dosis obat yang dikonsumsi tidak mencapai kadar terapeutiknya. Akibatnya, kuman yang dimaksud tidak segera mati karena kuman tersebut hanya pingsan sebentar saja. Jika hal ini terus saja dibiarkan, maka dapat mengakibatkan resistensi di kemudian harinya.
Selain itu perlu diperhatikan juga adanya interaksi antar obat-obatan dan makanan tertentu ya. Misalkan saja jangan minum obat atau antibotik dengan menggunakan susu, karena akan menurunkan penyerapan obat dalam lambung sehingga mengakibatkan kadar obat atau antibiotic tersebut hanya sampai dalam sirkulasi yang tidak mencukupi.
Selain itu, sebaiknya perhatikan juga ya waktu paruh obat, minumlah obat Anda pada waktu yang benar karena ada obat yang waktu paruhnya hanya 8 jam, artinya untuk mendapatkan efek terapeutik obat tersebut harus dikonsumsi 3 kali sehari, jika waktu paruhnya 6 jam, maka harus dikonsumsi 4 kali sehari. Jika obat yang waktu paruhnya 6 jam dikonsumsi hanya 3 kali sehari, maka ada waktu dimana tidak tercapai dosis terapeutik yang diinginkan sehingga tidak dapat mematikan bakteri yang dimaksud.
Terus Bagaimana Cara Mencegah Resisten Antibiotik Tersebut?
Adapun resistensi obat ini bisa dikurangi dengan pemakaian antibiotik secara benar dan bijaksana. Baik dokter maupun pasien dapat turut berperan untuk mengurangi penyalahgunaan antibiotic tersebut. Maka dari itu, gunakanlah antibiotik sesuai dengan indikasinya ya. tentunya dengan dosis yang benar dan dalam jangka waktu yang sesuai sesuai dengan anjuran dokter. Serta dengan mempertimbangkan waktu paruh obat yang berhubungan dengan frekuensi minum obat seharinya. Pastikan pula obat yang akan Anda konsumsi tersebut dalam batas aman atau tidak kedaluwarsa. Serta belilah obat-obatan tersebut pada toko obat atau apotek yang sudah terdaftar dan terpercaya, hal ini tujuan yaitu untuk menghindari obat palsu.
Nah, itulah informasi yang dapat ziesehat berikan pada kalian semua mengenai resisten antibiotic yang mungkin sekarang ini sudah menghampiri Anda. Untuk itulah, Anda perlu berhati-hati dalam memilih obat dan konsumsilah sesuai dengan resep yang telah diberikan. Usahakan untuk mengonsumsinya dengan benar dan teratur ya guys.
Apabila masih ada yang belum dimengerti silahkan saja sobat tanyakan melalui kotak komentar yang tersedia di bawah ini, saya akan berusaha untuk merespon dengan cepat dan tepat. Semoga artikel ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan berguna bagi kalian semua. Terima kasih telah berkunjung di halaman ini, etss….jangan lupa ya untuk di like, follow, dan komentarnya….ditunggu. Salam sehat….
Sahabat kho kuman sih, emangnya gak takut apa? Kan sudah ada antibiotik dan juga obat-obatan yang dapat membasmi kuman atau bakteri tersebut, jadi gak perlu takutlah! Apakah yakin bahwa dengan antibiotik dan juga obat-obatan tersebut mampu membasmi dan menangkal pertumbuhan bakteri atau kuman sejenisnya tersebut? Belum tentu demikian, karena sekarang ini banyak ditemukan bakteri atau kuman yang resisten terhadap antibiotik atau dengan istilahnya yaitu resisten terhadap antibiotik guys!
Baca juga : 16 Bakteri penghuni mulut, penting Anda ketahui!
Penelitian terhadap kuman atau bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Sumber : Google |
Hello Dear Readers....
Tidak hanya manusia lho yang mempunyai kekebalan tubuh, ternyata kuman atau bakteri yang selama ini merupakan penyebab timbulnya penyakit pada manusia juga memiliki mekanisme perlindungan diri terhadap antibiotika yang mengakibatkan terjadinya resistensi obat yang digunakan lho. Wah kenapa bisa demikian, ya? Apakah kumannya tambah gemuk, jadi dia kebal terhadap antibiotik? Bukan karena tambah gemuk lho, tapi dikarenakan bakteri atau kuman tersebut terlalu sering diberikan antibiotik dengan dosis yang kurang tepat dan terlalu rendah. sehingga muncullah permasalahan kuman atau bakteri tersebut resisten atau kebal terhadap antibiotik. Untuk itulah, perlu pemberian antibiotika dengan dosis yang tepat dimaksudkan untuk segera mematikan kuman dan mencegah resistensi obat.
Apa itu Resistensi Antibiotik?
Apa ya resisten antibiotik itu? Sumber : Google |
Pasti Anda bertanya-tanya bukan? Apa sih resistensi antibiotik tersebut dan apakah akan berpengaruh terhadap kesehatan tubuh kita?
Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri dalam tubuh manusia menjadi kebal terhadap antibiotik tertentu. Setelah gen resisten dihasilkan, bakteri ini kemudian dapat mentransfer informasi genetik secara horisontal (antar individu) dan kemudian akan mewariskan sifat itu kepada keturunannya, yang nantinya akan berubah menjadi generasi kuman resisten. Merupakan jenis kuman yang bisa memiliki beberapa gen resistensi, sehingga biasanya disebut dengan bakteri multiresisten atau “superbug”, dimana kuman ini menjadi resisten terhadap beberapa jenis antibiotik.
Resistensi antibiotik ini dapat terjadi secara alami dikarenakan terjadinya mutasi yang bersifat acak dan tidak teratur, namun yang paling sering diakibatkan oleh karena pemakaian obat antibiotik yang tidak tepat. Seperti yang telah disebutkan di atas tadi, adanya resistensi antibiotik mengakibatkan kuman kebal terhadap antibiotika tertentu sehingga dapat mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan kesehatan tertentu.
Baca juga : Manfaat yang penting sekali Anda ketahui dari jalan kaki secara rutin dan teratur.
Ketika Anda terinfeksi bakteri yang resisten antibiotic tersebut, maka akan menyebabkan pengobatan untuk Anda menjadi lebih sulit. Hal ini dikarenakan tipe bakteri tersebut sudah kebal terhadap antibiotic yang Anda gunakan dan harus menggunakan obat yang lebih kuat dan lebih mahal lagi, tetapi dengan efek samping yang lebih banyak lagi tentunya. Penggunaan antibiotika yang ‘tanggung’ hanya membuka peluang munculnya tipe bakteri yang ‘kebal’.
Oleh karena itu, satu dosis lengkap antibiotika harus dihabiskan semuanya, walaupun kadang-kadang Anda sudah merasa sembuh setelah mengonsumsi antibiotik ini beberapa kali saja. Apabila dicurigai ada resistensi, maka perlu dilakukan kultur di laboratorium klinik terhadap specimen (air seni, darah, faeces, dahak, ingus atau bahan lainnya) untuk mengetahui jenis bakterinya dan juga antibiotika apa yang masih sensitif terhadap bakteri tersebut ataukah sebaliknya tidak sensitive lagi. Meskipun terkadang dapat dijumpai lebih dari satu bakteri sekaligus.
Hal-Hal Apa Saja yang Dapat Membuat Resistensi Antibiotik Terjadi?
Banyak kuman yang resisiten terhadap antibiotik. Sumber : Google |
Salah satu penyebab terjadinya resistensi antibiotik adalah adanya penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan penyalahgunaan antibiotik. Misalkan, penggunaan antibiotik untuk infeksi virus. Banyak pasien berharap atau meminta dokter untuk meresepkan antibiotik ketika terkena flu dan pilek. Padahal kenyataannya antibiotic tersebut hanya untuk mengobati infeksi bakteri saja, bukannya untuk mengobati infeksi virus. Dikarenakan infeksi virus itu sebenarnya dapat dilawan oleh kekebalan tubuh kita sendiri lho. Selain itu, masyarakat seringkali berhenti meminum antibiotik setelah 2-3 kali minum karena merasa sudah sembuh, padahal belum mencapai kadar terapeutik yang diharapkan. Hal inilah yang sering terjadi pada masayarakat umumnya. Mereka menganggap bahwa jika penyakitnya sudah sembuh, maka mengkonsumsi obatpun juga diberhentikannya. Meskipun obat-obat tersebut belum mencapai kadar yang telah diresepkan oleh Dokter.
Dalam hal ini, gejalapun akan membaik karena tidak semua bakteri yang mengakibatkan gejala penyakit mati. Ada beberapa bakteri yang hanya pingsan saja, sehingga ia dapat membuat kekebalan terhadap antibiotik tersebut. Adapun peredaran antibiotik yang termasuk bebas juga menjadi salah satu penyebab timbulnya resistensi terhadap antibiotic. Bahkan dibeberapa daerah, antibiotik dapat dibeli seperti membeli obat bebas lainnya tanpa menggunakan resep dan beberapa orang bahkan ada yang mengonsumsi antibiotik tersebut untuk mengatasi pegal-pegal. Padahal antibiotic atau obat-obatan tersebut bukan diperuntukan untuk mengatasi pegal-pegal.
Apa? Obat Palsu Picu Resisten Antibiotik! Bagaimana Bisa?
Salah mengonsumsi obat juga penyebab kuman resisten lho! Sumber : Google |
Maraknya peredaran obat palsu atau obat yang sudah kadaluarsa juga memegang peranan yang penting dalam proses terjadinya resistensi obat ini. Hal ini disebabkan karena kadar bahan aktif yang lebih sedikit pada obat palsu. Selain itu bisa juga terjadi karena adanya penurunan efektivitas obat pada obat yang sudah kedaluwarsa mengakibatkan dosis obat yang dikonsumsi tidak mencapai kadar terapeutiknya. Akibatnya, kuman yang dimaksud tidak segera mati karena kuman tersebut hanya pingsan sebentar saja. Jika hal ini terus saja dibiarkan, maka dapat mengakibatkan resistensi di kemudian harinya.
Selain itu perlu diperhatikan juga adanya interaksi antar obat-obatan dan makanan tertentu ya. Misalkan saja jangan minum obat atau antibotik dengan menggunakan susu, karena akan menurunkan penyerapan obat dalam lambung sehingga mengakibatkan kadar obat atau antibiotic tersebut hanya sampai dalam sirkulasi yang tidak mencukupi.
Selain itu, sebaiknya perhatikan juga ya waktu paruh obat, minumlah obat Anda pada waktu yang benar karena ada obat yang waktu paruhnya hanya 8 jam, artinya untuk mendapatkan efek terapeutik obat tersebut harus dikonsumsi 3 kali sehari, jika waktu paruhnya 6 jam, maka harus dikonsumsi 4 kali sehari. Jika obat yang waktu paruhnya 6 jam dikonsumsi hanya 3 kali sehari, maka ada waktu dimana tidak tercapai dosis terapeutik yang diinginkan sehingga tidak dapat mematikan bakteri yang dimaksud.
Terus Bagaimana Cara Mencegah Resisten Antibiotik Tersebut?
Ketika kuman resisten terhadap antibiotik! Sumber : Google |
Adapun resistensi obat ini bisa dikurangi dengan pemakaian antibiotik secara benar dan bijaksana. Baik dokter maupun pasien dapat turut berperan untuk mengurangi penyalahgunaan antibiotic tersebut. Maka dari itu, gunakanlah antibiotik sesuai dengan indikasinya ya. tentunya dengan dosis yang benar dan dalam jangka waktu yang sesuai sesuai dengan anjuran dokter. Serta dengan mempertimbangkan waktu paruh obat yang berhubungan dengan frekuensi minum obat seharinya. Pastikan pula obat yang akan Anda konsumsi tersebut dalam batas aman atau tidak kedaluwarsa. Serta belilah obat-obatan tersebut pada toko obat atau apotek yang sudah terdaftar dan terpercaya, hal ini tujuan yaitu untuk menghindari obat palsu.
Nah, itulah informasi yang dapat ziesehat berikan pada kalian semua mengenai resisten antibiotic yang mungkin sekarang ini sudah menghampiri Anda. Untuk itulah, Anda perlu berhati-hati dalam memilih obat dan konsumsilah sesuai dengan resep yang telah diberikan. Usahakan untuk mengonsumsinya dengan benar dan teratur ya guys.
Apabila masih ada yang belum dimengerti silahkan saja sobat tanyakan melalui kotak komentar yang tersedia di bawah ini, saya akan berusaha untuk merespon dengan cepat dan tepat. Semoga artikel ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan berguna bagi kalian semua. Terima kasih telah berkunjung di halaman ini, etss….jangan lupa ya untuk di like, follow, dan komentarnya….ditunggu. Salam sehat….
0 Response to "Mengapa Banyak Kuman yang Resisten Antibiotik ya?"
Post a Comment
Pembaca yang Bijak adalah Pembaca yang selalu Meninggalkan Komentarnya Setiap Kali Membaca Artikel. Diharapkan Komentarnya Yah.....